Sabtu, Desember 06, 2008

MATA UANG DAN UANG YANG BERMATA, by Ben Burhanuddin Nur

"Mata Uang", satu kosa kata unik yang hanya ada di ranah bahasa Indonesia. Bangsa lain hanya menyebutnya "uang". Kalaupun ada yang menghubungkannya dengan mata, maka itu adalah nenek moyang orang Inggris yang menggunakan istilah "Mata Bulan" - Moon Eye - yang kemudian menjadi "Money".

Mengapa "Mata Bulan"? Mengapa bukan "Mata Matahari? Karena mungkin nenek moyang orang Inggris ingin membuat sifat panas dari uang tidak semakin panas, melainkan dingin namun tetap memancarkan cahaya.

Ketika uang pertama kali dibuat, hampir semua suku bangsa membuatnya dalam bentuk lempengan logam berbentuk bulat menyerupai bulan yang di tengahnya diberi lubang, dan lubang itulah yang disebut sebagai mata dari logam yang berbentuk bulan sehingga mereka menyebutnya "Mata Bulan".

Mengapa dilubangi tengahnya? Karena uang dianggap benda berharga yang sebaiknya jangan sampai hilang atau tercecer. Maka nenek moyang manusia menggunakan tali dan menguntai mata uang sebagai kalung, dililitkan di pinggang atau sebagai gelang tangan dan kaki. Ini juga sekaligus dijadikan sebagai simbol status.

Sayangnya, sekarang ini uang logam tak lagi berlubang tengahnya. Ibaratnya seperti bulan tak lagi punya mata sehingga untuk mendapatkannya manusia juga seperti sudah tidak punya mata hati. Tidak peduli darimana sumbernya dan apa akibatnya bagi orang lain.

Maka uang yang tak lagi punya mata, dari orang-orang yang tidak menggunakan mata dalam memperolehnya dan bahkan juga tidak punya mata hati, membuat uang buta mengendap di berbagai penjara uang yang bernama "bank", baik di dalam negeri maupun di luar. Sementara saat yang sama, ribuan pasang tangan menengadah berharap jatuhnya sekeping logam bernama uang yang tak lagi punya mata dari saku pejalan kaki dan pengguna kendaraan di jalan-jalan ibukota, meski nilanya tak lebih senilai harga tusuk gigi orang-orang pemilik uang tak bermata hati yang milyaran nilainya di "bank" dan sedang berbunga-bunga.

Karena uang "tak lagi bermata" alias buta, maka mari kita jangan ikut-ikutan buta apalagi membutakan mata hati melihat derita rakyat di sekitar kita. Ketika mata uang dan mata hati semakin rabun, maka saya berpaling kepada rekan-rekanku sesama seniman, masihkah kita bisa menjaga mata hati kita tetap jernih sehingga tetap bisa melihat pelangi yang indah yang membentang di cakrawala? (Tidak ikut-ikutan gelap mata karena desakan ekonomi dan krisis?)

Karena hanya hati yang punya mata yang saya yakini bisa melahirkan "Mata Uang Baru" atau "Mata Baru Uang" dalam berbagai bentuk kreativitas yang tidak menyembah uang atau diperbudak oleh uang - dan maaf kreativitas sinetron kita saat ini adalah contoh kreativitas yang sekali lagi maaf, lebih cenderung disutradarai oleh uang yang buta daripada mata hati yang menawarkan kemaslahatan.

Saudaraku Egy Massadiah, tempat yang sedang Saudaraku tuju di Senayan adalah tempat dimana "konon" uang yang tak punya mata banyak berkeliaran dengan liar dan siap memangsa siapa saja yang memelihara dan mendewakannya.

Maka, doaku, semoga 'mata hati' Saudaraku Egy bisa tetap terjaga dan terbuka lebar untuk melindungi Saudaraku dari "mata rabun uang" yang dan gentayangan, sehingga bisa tetap melahirkan "Mata Uang Baru" yang benar-benar punya mata...

Salam Persahabatan.


Egy Massadiah
menulis :

Agar tidak terhipnotis dengan uang yang sekarang kita kenal, maka diperlukan "mata uang baru" untuk kita gunakan berbelanja.Mata uang baru tersebut akan datang dengan sendirinya di rumah rumah yang menjunjung tinggi kreativitas sebagai ladangnya untuk memanen...

Rumah rakyat yang ada di senayan adalah rumah yang memilki banyak pintu -- banyak jalan keluar -- sekaligus memusingkan jika cita cita luhur berbakti buat rakyat tidak mendapat kursi terdepan dalam komitmen kita.Rumah senayan, seperti kata putu, adalah peta buta yang bisa menyesatkan, jika tidak menggunakan hati untuk membacanya dengan saksama.

Terima kasih saudara, tugas mu adalah tetap awas dan siaga pada perjalanan saudaramu ini ke depan

1 komentar:

  1. apa bapak setuju dengan penggunaan uang emas kelak?karena uang emas tahan inflasi

    BalasHapus