Kamis, Desember 04, 2008

Iskandar Siahaan menulis EGY

Seorang remaja berseragam sekolah. Siang itu datang ke kantor koran “Pelita”. Waktu itu pertengahan tahun 80-an. Ia bersama seorang teman lebih dewasa. “Dia ingin belajar jurnalistik bang,” kata si pria dewasa sembari menunjuk ke anak remaja itu.

Maka, mulailah hari-hari belajar menjadi seorang jurnalis. Sepulang sekolah ia bertandang ke kantor koran itu. Aku memberinya beberapa tugas: melakukan riset, wawancarai narasumber, dan menuliskan hasilnya. Namanya remaja, tulisannya mengandung banyak kelemahan. Tapi, dia punya sesuatu. Itu adalah kegigihan.

Dia memang gigih. Dia gigih untuk mendapat tahu bagaimana menulis sebuah hasil wawancara. Juga menulis reportase. Karena itu, waktu belajar yang dibutuhkannya tidak terlalu lama. Ia bisa menulis baik dengan cepat. Dan, hasil wawancara dan reportasenya pun layak untuk diterbitkan.

Kulitnya hitam. Mukanya bundar. Rambutnya lurus agak jingkrak. Dia mudah berkeringat. Setiap baru pulang dari lapangan, ia masuk ke kantor koran dengan peluh agak meleleh di dahinya. Tapi, ia terus saja menyungging senyum dan tertawa. Seolah tiada lelah di wajahnya.

Tidak jelas di mana dan dengan siapa ia tinggal, ketika itu. Maka, kadang dia pun menumpang tidur di tempatku. Aku perkenalkan dia dengan teman-teman kosku. Dia mudah akrab dengan teman-teman kosku, seperti mudahnya ia akrab dengan teman-teman di kantor koran. Dia memang punya kepribadian menarik.

Tidak lama kemudian kudengar dia sudah bekerja di sebuah tabloid wanita. Kariernya pun cepat melonjak. Bersamaan dengan itu, ia ternyata juga menggeluti dunia teater. Ia bergabung dalam teater yang dipimpin oleh seorang tokoh teater Indonesia. Putu Wijaya, namanya. “Saya banyak belajar hidup dari teater bang,” katanya suatu hari.

Kini dia sukses menjadi pengusaha muda. Aku senang mendengarnya. Dan, kini ia ingin berbakti lebih jauh untuk negara. Maka, ia mencalonkan diri untuk menjadi anggota DPR untuk daerah pemilihan Jakarta Selatan pada pemilihan umum 2009. Melihat kegigihan dan idealismenya ketika jadi wartawan, aku yakin dia akan berbuat sesuatu yang berbeda jika kelak terpilih menjadi anggota dewan.

Dia adalah Egy Massadiah. Aku bangga padanya.

Iskandar Siahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar